Subuh terjaga oleh sisa-sisa kelelahan hari kemarin dan sinarnya yang mulai tampak di ufuk jatuh di wajah-wajah yang selalu menunggu jawaban. Keinginanpun digelar untuk menggerus harapan dipenjarakan oleh bisik-bisik tadi malam yang merembes lewat dinding kamar dan mengambang sampai dini hari Namun subuh terlalu sibuk dengan heningnya Ia mulai bergerak mengulang lagi gerinda waktu. Sementara […]
Read More →Kelopak Gugur
on April 11, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Saat helai kelopak bunga itu gugur satu persatu tiba tiba bau busuk tercium menyengat dari bangkai-bangkai yang kau larung di sungaimu Padahal betapa sengit tiap malam kau coba pecahkan rahasia itu Engkaupun hafal membacanya di luar kepala, saat kau ulangi berbicara di mimbar. Seperti juga jari telunjukmu yang suka menuding mengharap orang mengikuti arah gerak […]
Read More →Surga di Telapak Kakimu
on April 9, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Untuk Ibuku yang besok genap berusia 74 tahun. Di tempatku berdiri sekarang ini, kuingat banyak tempat yang pernah aku singgahi; ada yang senantiasa ikut berdenyut bersama dengan nadiku, ada yang hilang bersama waktu, ada yang selalu mengajukan pertanyaan kepada langit. Berputar terus menerus tak kenal lelah, dan engkau kadang kadang bertanya kepadaku kapan diriku akan […]
Read More →Peta Suatu Doa
on April 8, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Doa tercipta dari keberhasilan suatu perjalanan sepi melintasi daerah penuh ranjau tanpa ledakan satupun; karena itulah ia tak pernah berteriak keras-keras seperti seorang bapak yang bangga dengan keberhasilan anaknya. Ia juga jarang meminta hidup untuk memberikan jawaban apabila ada ranjau yang meledak tersandung oleh langkah kaki yang berjingkat-jingkat. Ataupun terburu-buru Doa tak pernah memakai jubah […]
Read More →Little Bay, dan Sajak Cinta Yang Tak Pernah Terkirim
on April 7, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
/1/ Keyakinanku adalah aku pernah dengan ragu-ragu menjelaskan bayang-bayang itu, dan membeberkan delik perkara dengannya. Aku anggap itu sudah cukup sebagai alasan bagi kita untuk membangun teratak untuk melindungi getaran yang kita tangkap bersama. Seingatku, getaran itupun kita buat dengan kedewasaan kita masing-masing. Ya, aku malu-malu waktu itu, namun itu hanyalah suatu tanda yang hanya […]
Read More →Sungguh
on April 6, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Sungguh rasa pepat yang tidak kunjung usai ini adalah keresahan kepada perubahan yang berputar terlalu lambat. Atau terlalu cepat, apabila roda gerobak yang didorong ke atas bukit itu tidak kembali tergelincir jatuh turun dan berulang lagi Betapa sia-sia waktu yang telah dihabiskan untuk mempelajari kalam dan tafsir kalaupun yang terurai adalah keterbataan menjawab perihal sederhana […]
Read More →Ruangan
on April 5, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Waktu akan berhenti di ruanganmu yang tidak perlu dikunci karena tidak ada rahasia tidak ada yang perlu ditutup-tutupi Namun di situ pasti ada kobar api yang tidak akan pernah padam yang tidak perlu risau dengan tradisi yang tidak ragu dan sangsi Ruangan itu adalah candi tempat kau memberikan pemujaan pada api dirimu yang kadang-kadang risau […]
Read More →