Bapak dari sangsi adalah conspiracy theory. Suatu teori yang berkembang kemana-mana, disampaikan oleh si dalang dengan yakin dan keniscayaan, persis seperti film-film Oliver Stone. Kebenarannya biasanya dipanjang-pendekkan, dilebih-lebihkan, dibuat-buat biasanya untuk sensasi, dan biasanya diakhiri dengan kesimpulan yang menggantung ngeri mencekam. Sebagai suatu urban-myth, sebuah conspiracy theory malam itu muncul dari mulut Pak S. Di […]
Read More →La Pluie du Matin
on April 28, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Syahdan, bersamaan dengan terbukanya jelaga langit oleh seberkas cahaya di ufuk, ia membisikkan lirih suatu permintaan. Bersamaan dengan turunnya butir kecil airmata dari pelupuk-pelupuk udara, ia ingin mengatakan suatu alasan yang tak seorangpun akan tahu, juga lewat gerimis musim dingin yang mulai turun di luar sana. Ia tidak bisa mengatakan dengan terbuka kepada langit yang […]
Read More →Tanda Centang
on April 27, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi, putaran hidup selalu ditengarai dengan tanda centang. Konon, itulah saat kita mulai mengepakkan sayap menuju kehidupan nyata. Umumnya tanda centang itu akan terpampang dalam kita mencentang pilihan : (1)pasangan hidup (2)pekerjaan (3)keturunan (4)kekayaan/penghasilan. Sebagai suatu nilai, tanda centang tersebut tidak lelihatan namun nyata. Tentu saja urutannya bisa dibolak-balik, tergantung dari kemampuan […]
Read More →Bahagia Itu…
on April 25, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Seorang mahasiswa sophomore menunggu di suatu balairung universitas S. Ia menunggu partner debat terbuka tentang dunia pendidikan yang dia pikir semakin mengasingkan kaum papa. Setelah menunggu sampai 2 jam tidak ada yang muncul, di sore yang kian gelap itu ia memutuskan untuk pulang dan akan menuliskan dengan cara blogging saja. Toh lebih praktis dan bisa […]
Read More →Tugu
on April 22, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Di tengah padang ilalang sebuah tugu dibangun Sosoknya menjulang dalam sinar pagi, sungguh tampan, disusun dengan batu-bata kehidupan; sebagai tengara petunjuk jalan orang tersesat memburu suara hujan; sebagai arah timur matahari sebagai arah barat rembulan Kini selesai sudah Namun sebaiknya kita runtuhkan saja karena kita telah bosan kita membenci api kobarnya karena mengingatkan tentang kemerdekaan […]
Read More →Puan
on April 21, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
puan menutup sisa waktu malam menyelimuti bayi-bayi yang kedinginan membuka payudara sebagai landasan kobar kasih tanpa tepi lalu meniup ubun-ubun mengantarkan mereka supaya kelak bisa berlayar sampai ke kaki langit puan air mata sering jatuh, tersembunyi tanpa kita tahu saat menghabiskan waktu bersimpuh, merangkaki kelam menuju langit sampai terdengar kokok ayam dini hari, menghiba-hiba sampai […]
Read More →Rama Obong
on April 20, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
api yang berkobar dihadapanmu itu adalah pralambang tipis dua sisi keadilan yang kabur waktu kau lena sekejap dalam jarak pandangku entah dalam ragu; entah dalam keniscayaan kutemukan suatu jejak yang tertinggal di tepi ranjang; saat bersetubuh; dan tergopoh-gopoh diselesaikan karena pintu hati digedor dengan paksa. akankah kau menapakkan kakimu di bara api itu meski harus […]
Read More →Lagu Rindu Seorang Petualang
on April 19, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Rinduku nan menyala di desa, lesung bertalu, suara timbul suara tiada hiruk pikuk bocah bocah angon gembala Tiada arti saat galau mendekat tembang sunyi macapat siang malam senantiasa berdegup hanyut dalam kemelut Di huma, semak-semak terhembus semilir angin gemerisik lalu dari rimbun hutan jati bergema-gema gamelan ditabuh, gending mengalun sangsi nyalakan api, jangan pergi, kecubung […]
Read More →Di Suatu April Pekan Ketiga
on April 18, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
/1/ di suatu April pekan ketiga kutulis larikan kata , terbawa rinai hujan, mengalir di selokan, jatuh ke sungai, kemudian terbawa ke laut luas jika sampai di pantaimu di seberang, kuharap kau buka sumbat botolnya /2/ pesan yang kutulis itu tergambar seperti urat daun kering yang kalau kau sabar menafsirkannya persis seperti ruangan tak berdinding […]
Read More →Di Pantaimu
on April 18, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Buih ombak merapat kembali memukul waktu lagi. Tak bisa kutahan dirimu mati hanyut terbawa sampai ke biru kaki langit tegak lurus mencapai persitiwa-peristiwa yang telah lama membeku. Chairil! Chairil! Di pantaimu kubangun menara pasir kuberi jiwa sampai ke titik nadir bertabik sapa dengan darahmu yang terus mengalir.
Read More →