puan menutup sisa waktu malam menyelimuti bayi-bayi yang kedinginan membuka payudara sebagai landasan kobar kasih tanpa tepi lalu meniup ubun-ubun mengantarkan mereka supaya kelak bisa berlayar sampai ke kaki langit puan air mata sering jatuh, tersembunyi tanpa kita tahu saat menghabiskan waktu bersimpuh, merangkaki kelam menuju langit sampai terdengar kokok ayam dini hari, menghiba-hiba sampai […]
Read More →Rama Obong
on April 20, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
api yang berkobar dihadapanmu itu adalah pralambang tipis dua sisi keadilan yang kabur waktu kau lena sekejap dalam jarak pandangku entah dalam ragu; entah dalam keniscayaan kutemukan suatu jejak yang tertinggal di tepi ranjang; saat bersetubuh; dan tergopoh-gopoh diselesaikan karena pintu hati digedor dengan paksa. akankah kau menapakkan kakimu di bara api itu meski harus […]
Read More →Lagu Rindu Seorang Petualang
on April 19, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Rinduku nan menyala di desa, lesung bertalu, suara timbul suara tiada hiruk pikuk bocah bocah angon gembala Tiada arti saat galau mendekat tembang sunyi macapat siang malam senantiasa berdegup hanyut dalam kemelut Di huma, semak-semak terhembus semilir angin gemerisik lalu dari rimbun hutan jati bergema-gema gamelan ditabuh, gending mengalun sangsi nyalakan api, jangan pergi, kecubung […]
Read More →Di Suatu April Pekan Ketiga
on April 18, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
/1/ di suatu April pekan ketiga kutulis larikan kata , terbawa rinai hujan, mengalir di selokan, jatuh ke sungai, kemudian terbawa ke laut luas jika sampai di pantaimu di seberang, kuharap kau buka sumbat botolnya /2/ pesan yang kutulis itu tergambar seperti urat daun kering yang kalau kau sabar menafsirkannya persis seperti ruangan tak berdinding […]
Read More →Di Pantaimu
on April 18, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Buih ombak merapat kembali memukul waktu lagi. Tak bisa kutahan dirimu mati hanyut terbawa sampai ke biru kaki langit tegak lurus mencapai persitiwa-peristiwa yang telah lama membeku. Chairil! Chairil! Di pantaimu kubangun menara pasir kuberi jiwa sampai ke titik nadir bertabik sapa dengan darahmu yang terus mengalir.
Read More →Subuh
on April 15, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Subuh terjaga oleh sisa-sisa kelelahan hari kemarin dan sinarnya yang mulai tampak di ufuk jatuh di wajah-wajah yang selalu menunggu jawaban. Keinginanpun digelar untuk menggerus harapan dipenjarakan oleh bisik-bisik tadi malam yang merembes lewat dinding kamar dan mengambang sampai dini hari Namun subuh terlalu sibuk dengan heningnya Ia mulai bergerak mengulang lagi gerinda waktu. Sementara […]
Read More →Kelopak Gugur
on April 11, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Saat helai kelopak bunga itu gugur satu persatu tiba tiba bau busuk tercium menyengat dari bangkai-bangkai yang kau larung di sungaimu Padahal betapa sengit tiap malam kau coba pecahkan rahasia itu Engkaupun hafal membacanya di luar kepala, saat kau ulangi berbicara di mimbar. Seperti juga jari telunjukmu yang suka menuding mengharap orang mengikuti arah gerak […]
Read More →Surga di Telapak Kakimu
on April 9, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Untuk Ibuku yang besok genap berusia 74 tahun. Di tempatku berdiri sekarang ini, kuingat banyak tempat yang pernah aku singgahi; ada yang senantiasa ikut berdenyut bersama dengan nadiku, ada yang hilang bersama waktu, ada yang selalu mengajukan pertanyaan kepada langit. Berputar terus menerus tak kenal lelah, dan engkau kadang kadang bertanya kepadaku kapan diriku akan […]
Read More →Peta Suatu Doa
on April 8, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
Doa tercipta dari keberhasilan suatu perjalanan sepi melintasi daerah penuh ranjau tanpa ledakan satupun; karena itulah ia tak pernah berteriak keras-keras seperti seorang bapak yang bangga dengan keberhasilan anaknya. Ia juga jarang meminta hidup untuk memberikan jawaban apabila ada ranjau yang meledak tersandung oleh langkah kaki yang berjingkat-jingkat. Ataupun terburu-buru Doa tak pernah memakai jubah […]
Read More →Little Bay, dan Sajak Cinta Yang Tak Pernah Terkirim
on April 7, 2011in The Solemn Solitudetags: The Solemn Solitude
/1/ Keyakinanku adalah aku pernah dengan ragu-ragu menjelaskan bayang-bayang itu, dan membeberkan delik perkara dengannya. Aku anggap itu sudah cukup sebagai alasan bagi kita untuk membangun teratak untuk melindungi getaran yang kita tangkap bersama. Seingatku, getaran itupun kita buat dengan kedewasaan kita masing-masing. Ya, aku malu-malu waktu itu, namun itu hanyalah suatu tanda yang hanya […]
Read More →