Dalam gigir kobar api
ladang itu terbakar musnah dalam hitungan detik
tebar abu peradabannya membuat bayi menjerit-jerit dan ibu-ibu menangis
membolak-balik bongkahan batu sisa hangus
mencari tapal batas tujuh belas hektar warisan
yang jadi kabur karena tersirat palsu yang dibuat dulu
Anak-anaknya kini bingung berebutan
melata; bertarung dengan kekerasan dan mimpi buruk berkepanjangan tiada arti
Dalam kepulan asap di kejauhan
ladang itu kini terkulai jadi gersang di gugusan gunung bersimbah darah;
matapun jadi nanar kerna
tak pernah pejam di malam-malam gelap yang tak kunjung usai
lelah mengusung keranda harapan kosong
Ketika ulat-ulatpun mulai siap datang menyerbu
anak-anaknya masih saja sibuk bersitegang
mencari makna kebakaran itu di balik bantal;
padahal mereka tidak tidur
Writings
The Solemn Solitude
- Ketika Waktu Menunjukkan Pukul Nol Posted on: July 29, 2011
- Engkau Menjadi Semua Hal Yang Kau Benci Posted on: July 21, 2011
- Terali Posted on: July 16, 2011
- Pijar Posted on: July 14, 2011
- In the River of Believe Posted on: July 12, 2011
- Di Tepi Sungai Iman Posted on: July 11, 2011
- Tikus Posted on: June 24, 2011
- Arti Posted on: June 23, 2011
- Musabab Kebodohanmu Posted on: June 22, 2011
- Ladang Yang Terbakar Posted on: May 28, 2011
- Selasih Posted on: May 26, 2011
- Segi Tiga Posted on: May 23, 2011
- Sungai Kedengkian Posted on: May 23, 2011
- Engkau Yang Pergi Posted on: May 3, 2011
- Kita Tunggu Cinta Jatuh di Ujung Dunia Posted on: May 2, 2011
- Sangsi Posted on: April 29, 2011
- La Pluie du Matin Posted on: April 28, 2011
- Tanda Centang Posted on: April 27, 2011
- Bahagia Itu... Posted on: April 25, 2011
- Tugu Posted on: April 22, 2011
- Puan Posted on: April 21, 2011
- Rama Obong Posted on: April 20, 2011
- Lagu Rindu Seorang Petualang Posted on: April 19, 2011
- Di Suatu April Pekan Ketiga Posted on: April 18, 2011
- Di Pantaimu Posted on: April 18, 2011