Ada yang tertinggal di putaran waktu, ketika teratak senja mulai hilang. Adalah kobar apimu, telungkup di atas lembaran tikar pandan di masjid. Seperti mencari kepastian atas pertanyaan dan jawaban yang terbagi. Kemudian getaran kitapun merembet pelan tanpa batas, menyelinap dan tak pernah tua.
Semalampun picing mata terbuka dalam geliat tidur. Namun sempat bisik doa lirih terbuka, karena aku tidak ingin engkau tahu rahasia yang kulipat di bawah bantal. Keniscayaanku lah yang pasti akan engkau tahu.
Inilah rasa. Terkadang terasa asing. Terasa menusuk di dada.
